STRATEGI PEMUPUKAN TANAMAN KARET DALAM MENGHADAPI HARGA KARET YANG RENDAH
DOI:
https://doi.org/10.22302/ppk.wp.v37i2.584Keywords:
Tanah dan agroklimatAbstract
Pemeliharaan tanaman karet melalui pemupukan merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang optimal. Akhir-akhir ini ketersediaan pupuk yang terbatas, harga yang terus meningkat, dan harga karet yang rendah menyebabkan kegiatan pemupukan pada perkebunan karet sering tertunda. Selain penundaan kegiatan pemupukan juga terjadi pengurangan dosis dan bahkan meniadakan kegiatan pemupukan. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji hasil-hasil penelitian dalam upaya peningkatan efisiensi pemupukan pada tanaman karet sehingga biaya pemupukan dapat dikurangi. Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemupukan dapat dikurangi sampai 75% dari dosis pupuk tunggal apabila menerapkan teknologi pemupukan menggunakan pupuk majemuk dengan tambahan slow release agent yang sering disebut dengan Slow Release Fertilizer (SRF) dan upaya lain dengan menggunakan kombinasi pupuk tunggal dengan pupuk hayati. Selain itu penentuan dosis rekomendasi harus mempertimbangkan sifat tanah sehubungan dengan kapasitas tanah dalam menyediakan unsur hara untuk tanaman, faktor lingkungan yang mempengaruhi efisiensi pemupukan, serta kebutuhan tanaman akan unsur hara sesuai dengan umur, produksi, dan kesehatan tanaman. Pada kondisi pekebun yang mengalami kesulitan melakukan pemupukan akibat harga karet yang rendah maka penundaan pemupukan selama dua tahun belum memberikan efek kerugian finansial bagi pekebun.
References
Adiwiganda, Y. T., Hardjono, A., Manurung, A., Sihotang, U. T. B. D., Sudiharto, Goenadi, D. H., & Sihombing, H. (1994). Teknik penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman karet. Forum Komunikasi Karet, 1-17.
Anas, I. (1997). Bioteknologi Tanah. Bogor, Indonesia: Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, IPB.
Bolan, N. S. (1991). A critical review on the role of mycorrizal fungi in the uptake of phosphorus by plants. Plant Soil, 134(2), 189-207.
Buckman, & Brady, N. C. (1982). The nature and properties of soil (Terjemahan). Jakarta, Indonesia Bhratara Karya Aksara.
Glick, B. R. (1995). The enhancement of plant growth by free living bacteria. Canadian Journal Microbiology, 41, 109–117.
Goenadi, D. H., Saraswati, R., Nganro, N. N., & Adiningsih, J. A. S. (1995). Mikroba pelarut hara dan pemantap agregat dari beberapa tanah tropika basah. Menara Perkebunan, 63(2), 60-66.
Handayanto, E., & Hairiah, K. (2007). Biologi tanah: landasan pengelolaan tanah sehat. Yogyakarta, Indonesia: Pustaka Adipura.
Hasanudin. (2003). Peningkatan ketersediaan dan serapan N dan P serta hasil tanaman jagung melaui inokulasi mikoriza, azotobacter dan bahan organik pada Ultisol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 5(2), 83-89.
Hasanudin, & Gonggo, M. B. (2004). Pemanfaatan mikrobia pelarut fosfat dan mikoriza untuk perbaikan fosfor tersedia, serapan fosfor tanah (ultisol) dan hasil jagung (pada ultisol). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 6(1), 8-13.
Hidayati, U. (2005). Peranan mikroorganisme tanah dalam meningkatkan serapan nitrogen pada berbagai tingkatan ketersediaan air tanah. Jurnal Penelitian Karet, 23(2), 156-166.
Hidayati, U., & Wijaya, T. (2009). Pemanfaatan bakteri pelarut fosfat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman karet. Jurnal Penelitian Karet, 27(1), 42-48.
Ikram, A., Mahmud, A. W., & Othman, H. (1993). Growth response of hevea brasiliensis seedling rootstock to inoculation with vesicular-arbuscular mycorrhizal fungal species in steam-sterilised soil. Journal of Natural Rubber Research, 8(3), 231-242.
Istianto. (2006). Daur hara di perkebunan karet dan pemupukan tanaman karet menggunakan pukalet. Warta Perkaretan, 25(1), 50-62.
Istianto. (2010, 27-28 Juli). Teknologi pemupukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk di perkebunan karet. Tulisan disajikan pada Seminar Nasional Teknologi Pemupukan 2010, â€Ansisipasi Menghadapi Kelangkaan dan Kenaikan Harga Pupukâ€, Palembang.
Istianto, Anas, I., Gunawan, A. W., & Basuki. (1995). Pengaruh mikoriza VA dan batuan fosfat alam terhadap pertumbuhan dan serapan fosfor pada bibit karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Jurnal Penelitian Karet, 13(3), 239-250.
Joseph, K. T. G., Vimalakumari, Mathew, J., & Kothandaraman, R. (1997). Effect of Azotobacter inoculation on rubber seedling. Indian Journal of Natural Rubber Research, 10(1), 34-38.
Kabirun, S. (2002). Tanggap padi gogo terhadap inokulasi mikoriza arburkula dan pemupukan fosfat di entisol. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, 3(2), 49-56.
Kabirun, S. (2004). Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Mikrobiologi: Peranan mikoriza arbuskula pada pertanian berkelanjutan. Yogyakarta, Indonesia: Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Musfal. (2010). otensi cendawan mikoriza asbuskular untuk meningkatkan hasil tanaman jagung. . Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 29(4), 154-158.
Noeriwan, & Noeriza. (2004). Teknik pelaksanaan pengaruh aplikasi pupuk nitrogen terhadap populasi tiga jenis gulma. Buletin Teknik Pertanian, 9(2), 91-97.
Rao, N. S. S. (1994). Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman (2nd ed.). Jakarta, Indonesia: Universitas Indonesia.
Achmad, S. R., & Susetyo, I. (2014). Pengaruh proses pencampuran dan cara aplikasi pupuk terhadap kehilangan unsur N. Warta Perkaretan, 33(1), 29-34.
Rusmana, I., & Hadijaya, D. D. (1994). Aktivitas nitrogenase Azospirillum sp. dan efektivitas simbiotiknya dengan jagung. Jurnal Hayati, 1(2), 51-54.
Saputra, J., Ardika, R., & Wijaya, T. (2014, 27 Oktober). Pengaruh pupuk hayati mikoriza terhadap efisiensi pupuk anorganik pada tanaman karet (Hevea Brasiliensis). Tulisan disajikan pada Seminar Nasional dalam
Rangka Dies Natalis ke-51 Fakultas Pertanian UNSRI. Tema : Mewujudkan ketahanan pangan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN, Palembang.
Sembiring, Y. R. V., Nugroho, P. A., & Istianto. (2013). Kajian penggunaan mikroorganisme tanah untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman karet. Warta Perkaretan, 32(1), 7-15.
Sihotang, U. T. B., & Istianto. (1994). Manajemen pemupukan tanaman karet. Forum Komunikasi Karet, 18-39.
Singapore/Malaysia Rubber Price. (2018). Singapore/malaysia rubber price historical data. Diakses dari https://ycharts.com/indicators/singapore_malaysia_rubber_price
Suhartatik, E., & Sismiyati, R. (2000). Pemanfaatan pupuk organic dan agent hayati pada padi sawah. In Suwarno & Kurnia (Eds.), Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Paket dan Komponen Teknologi Produksi Padi. Bogor, Indonesia: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Tarafdar, J. C., & Rao, A. V. (1997). Response of arid legumes to VAM fungal inoculation. Symbiosis, 22(3), 265-274.
Thomas, Budiman, A., & Hidayati, U. (2003). Status hara kalium kaitannya dengan serangan penyakit daun Corrinespora pada klon RRIM 600. Warta Pusat Penelitian Karet, 22(1), 24-31.
Widawati, S. S. (2005). Populasi bakteri pelarut fosfat (BPF) di Cikaniki, Gunung Botol, dan Ciptarasa, serta kemampuannya melarutkan P terikat di media Pikovskaya padat. Biodiversitas, 7(2), 109-113.
Widyastuti, H., Siswanto, & Suharyanto. (2010). Karakterisasi dan seleksi beberapa isolat Azotobacter sp. untuk meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman. Buletin Plasma Nutfah, 16(2), 160-167.
Wijaya, T., Ardika, R., & Saputra, J. (2014). The effect of omission fertilizer application on rubber yield of PB 260. Current Agriculture Research Journal, 2(2), 68-72.