KOMODITI GAMBIR SEBAGAI TANAMAN SELA DIANTARA KARET UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET (STUDI KASUS : DESA TOMAN, SUMATERA SELATAN)

Authors

  • Iman Satra Nugraha Balai Penelitian Sembawa Pusat Penelitian Karet
  • Aprizal Alamsyah Balai Penelitian Sembawa Pusat Penelitian Karet
  • Sahuri Sahuri Balai Penelitian Sembawa Pusat Penelitian Karet

DOI:

https://doi.org/10.22302/ppk.wp.v37i2.600

Keywords:

tanaman sela, gambir, karet, pendapatan

Abstract

Gambir (Uncaria gambir Roxb) adalah salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Komoditas ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan petani karet melalui sistem usahatani terpadu yaitu sebagai tanaman sela karet. Tujuan tersebut sangat membantu karena saat ini harga karet masih rendah dan dapat meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Di Sumatera Selatan gambir hanya dapat menghasilkan getah yang tinggi di desa Toman karena spesifik lokasi sehingga petani di desa Toman melakukan integrasi gambir dengan karet untuk meningkatkan pendapatan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pendapatan yang diterima dari usahatani gambir lebih besar 11 % dibandingkan pendapatan dari karet. Pendapatan gambir sebesar Rp 2.792.944,- per ha per bulan sedangkan pendapatan usahatani karet sebesar Rp 2.507.500,- per ha per bulan. Rendahnya pendapatan dari karet disebabkan oleh harga karet yang belum stabil ditingkat dunia sehingga berdampak kepada harga ditingkat petani. Oleh karena itu, upaya untuk menjaga pendapatan petani diperlukan tanaman sela gambir dengan modifikasi jarak tanam karet melalui sistem jarak ganda untuk memperpanjang tanaman sela gambir.

References

Affandy, M. (2007). Analisis kelayakan finansial usahatani gambir di desa toman kecamatan babat toman kabupaten musi banyuasin provinsi sumatera selatan. (Skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsyah, A., Nugraha, I. S., Agustina, D. S., & Vachlepi, A. (2017). Tinjauan penerapan unit pengolahan dan pemasaran bokar untuk mendukung gerakan nasional bokar bersih di sumatera selatan. Warta Perkaretan, 36(2), 159-172.

Anggriawan, & Indrawati, T. (2013). Peranan komoditi gambir terhadap perekonomian kabupaten lima puluh kota provinsi sumatera barat. Jurnal Ekonomi, 21(2), 1-21.

Astria, P. (2012). Hubungan antara tauke dan petani gambir (studi kasus : Hubungan patron klien di nagari siguntur kecamatan koto xi tarusan kabupaten pesisir selatan provinsi sumatera barat). (Skripsi), Universitas Andalas, Padang.

Badan Pusat Statistik. (2008). Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik.

Balai Penelitian Tanaman Industri. (2008). Teknologi peremajaan gambir (uncaria gambir roxb). Bogor, Indonesia: Sirkuler Teknologi Tanaman Rempah dan Industri.

Dinas Perkebunan Sumatera Selatan. (2016). Statistik perkebunan 2015 : Menuju satu angka statistik perkebunan secara nasional. Palembang, Indonesia: Dinas Perkebunan Sumatera Selatan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2016). Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017 Karet. Jakarta, Indonesia: Kementerian Pertanian.

Djaenudin, D., Marwan, A., Hidayat, & Subagyo. (2003). Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian. Bogor, Indonesia: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Dompak, N. (2011). Kajian tata niaga karet alam : Upaya peningkatan kesejahteraan petani. Jurnal Penelitian Karet, 29(1), 76-92.

Fikriati, M. (2010). Uji daya hasil lanjutan kedelai (glycine max (l) merr) toleran naungan di bawah tegakan karet rakyat di kabupaten sarolangun jambi. (Skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gordon, M. H. (2001). Measuring antioxidant activity. In J. Pokorny, Nedyalka, Y. Malarova, & M. Gordon (Eds.), Antioxidant in food practical application. London, UK: Woodhead Publishing Ltd.

Harun, E. W. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor gambir (uncaria gambier roxb) sumatera barat. Diakses dari Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Hosen, N. (2017). Profile of agribussiness of smallholder gambier plantation in west sumatera. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 17(2), 124-131.

Kadekoh. (2007, 24-25 Juli). Optimasi pemanfaatan lahan kering berkelanjutan dengan sistem polikultur. Tulisan disajikan pada Seminar Nasional Pengembangan Inovasi Lahan Marginal, Palu.

Novizar, N. (2000). Gambir budidaya, pengolahan dan prospek diversifikasinya. Padang, Indonesia: Yayasan Hutanku.

Pathiratna, L. S. S. (2006). Management of intercrops under rubber: implications of Competition and possibilities for improvement. Bulletin of the Rubber Research Institute of Sri Lanka, 47, 8-16.

Raintree, J. (2005). Intercropping with rubber for risk management. In: Improving livelihoods in the upland of the lao pdr: Options and opportunities. National agriculture and forestry research institute (nafri), national agriculture and forestry extension service (nafes), an. National

University of Lao PDR (NUOL), 2(1), 41-46.

Rakhma, M. (2015). Marketing system of smallholder rubber in the jambi province indonesia (batang hari, sarolangun and tebo regency). (Skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rauf, R., Santoso, U., & Suparmo. (2010). Aktivitas penangkapan radikal dpph ekstraak gambir (uncaria gambir roxb.). Agritech, 30(1), 1-5.

Rosyid, M. J. (2007). Pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan karet pada areal peremajaan partisipatif di kabupaten sarolangun jambi. Jurnal Penelitian Karet, 25(2), 25-36.

Rosyid, M., Wibawa, G., & Gunawan, A. (2012). Saptabina usahatani karet rakyat. In S. Ismawanto, J. Saputra, L. F. Syarifa, & M. Purbaya (Eds.), Pola Tanaman Sela. Palembang: Balai Penelitian Sembawa.

Sahuri. (2017a). Pengaturan pola tanam karet (hevea brasiliensis muell. Arg) untuk tumpangsari jangka panjang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 22(1), 46-51.

Sahuri. (2017b). Peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani melalui tanaman sela pangan berbasis karet. Jurnal Lahan Sub Optimal, 6(1), 33-42.

Sahuri, Cahyo, A. N., & Nugraha, I. S. (2016). Pola tumpangsari karet-padi sawah pada tingkat petani di lahan pasang surut sumatera selatan. Warta Perkaretan, 35(2), 107-120.

Sahuri, & Rosyid, M. (2015). Analisis usahatani dan optimasi pemanfaatan gawangan karet menggunakan cabai rawit sebagai tanaman sela. Warta Perkaretan, 34(2), 77-88.

Wijaya, T. (2008). Kesesuaian tanah dan iklim untuk tanaman karet. Warta Perkaretan, 27(2), 34-44.

Wijayanti, T., & Saefuddin. (2012). Analisis pendapatan usahatani karet (hevea brasiliensis) di desa bunga putih kecamatan marang kayu kabupaten kutai kartanegara. Jurnal Zira’ah, 34(2), 137–148.

Wirnas, D. (2007). Pemilihan karakter seleksi berdasarkan analisis biometrik dan molekuler untuk merakit kedelai toleran intensitas cahaya rendah. (Disertasi Doktor), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Xianhai, Z., Mingdao, C., & Weifu, L. (2012). Improving planting pattern for intercropping in the whole production span of rubber tree. African Journal of Biotechnology, 11(34), 8484-8490.

Xiaongfei, Y., & Negfa. (2004). Intercropping pattern and their development in rubber plantations in dehong district yunan china. Tulisan disajikan pada IRRDB Symposium, Beijing.

Yuristia, R. (2017). Pemasaran gambir (uncaria gambir roxb) di kenagarian manggilang kecamatan koto baru kabupaten lima puluh kota. Jurnal Pertanian UMSB, 1(1), 17-24.

Downloads

Published

2018-12-20

How to Cite

Nugraha, I. S., Alamsyah, A., & Sahuri, S. (2018). KOMODITI GAMBIR SEBAGAI TANAMAN SELA DIANTARA KARET UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET (STUDI KASUS : DESA TOMAN, SUMATERA SELATAN). Warta Perkaretan, 37(2), 107–118. https://doi.org/10.22302/ppk.wp.v37i2.600