PENGARUH FAKTOR ABIOTIK TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT KARET DAN METODE PERAMALAN EPIDEMI
DOI:
https://doi.org/10.22302/ppk.wp.v39i2.729Keywords:
epidemi penyakit, faktor iklim, iklim, penyakit karetAbstract
Faktor iklim yang meliputi suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan, dan angin sangat menentukan perkembangan penyakit. Secara umum, Indonesia memiliki kondisi iklim yang sangat sesuai bagi semua perkembangan penyakit karet. Namun, dari sekian banyak faktor iklim tersebut, suhu, kelembaban dan curah hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit tanaman. Faktor tersebut banyak digunakan dalam peramalan timbulnya epidemi suatu penyakit tanaman. Sampai saat ini, peramalan epidemi penyakit karet masih terbatas hanya berdasarkan metode pengamatan langsung dan tidak langsung
(dengan data iklim) dan dirasakan belum sempurna. Saat ini telah dikembangkan peramalan e pidemi penyakit dengan menggunakan model analisis matematik berdasarkan hubungan faktor iklim dan perkembangan penyakit karet pada berbagai penyakit lain. Hal ini sangat membantu dalam mengembangkan manajemen pengendalian penyakit tersebut dan upaya antisipasi akan timbulnya epidemi penyakit. Dalam tulisan ini diuraikan pengaruh faktor iklim terhadap perkembangan penyakit karet dan beberapa metode peramalan akan timbulnya epidemi penyakit tersebut sebagai landasan antisipasi untuk mencegah timbulnya epidemi atau kerusakan berat oleh penyakit tersebut. Peramalan untuk penyakit daun karet mengggunakan model pengamatan langsung dan analisis data iklim dengan menggunakan
fungsi TE. Peramalan penyakit akar dengan menggunakan persamaan regresi berdasarkan
kematian tanaman pada tahun tertentu dan pola simple interest disease. Peramalan untuk penyakit cabang batang dengan menggunakan data curah hujan yang dihubungkan dengan
perkembangan patogen sehingga akan dihasilkan kurva sigmoid atau kurva-s dan pola compound interest disease.
References
Agrios, G. 2005. Plant phatology. Fifth Edition. Elsevier. Academic Press. San Diego, California. USA
Anom. 1959. Approved fungicides for Mouldy rot control. Rubb. Res. Inst. Mal., Plntr. Bull. 44, 121
Anonim. 1980. RRIM Training Manual on crop Protection and Weed Control in Rubber Plantation. Rubber. Ress Inst. Mal., Kuala Lumpur, 203.pp
Basuki. 1981. Penyakit rapuh daun karet. Kongres Nasional Perhimpunan Fitopatologi Indonesia VI. Bukit Tinggi. Sumatera Barat. 11-13 Mei 1981.
Beeley, F. 1931. Control of Mouldy rot Disease of Rubber. Journal. Mal. Agric. 19, 74; Bergcultures 5, 717-718.
Budiman, A., Suryaningtyas, H dan Pawirosoemardjo, S. 2004. Status penyakit lapuk cabang dan batang Fusarium pada tanaman karet Hevea di sentra perkebunan Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan Selatan. Prosiding Pertemuan Teknis. Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang 6-7 Oktober 2004.
Butler, D. R., and Jadhay D. R. 1991. Requirement of leaf wetness and temperature for infection of groundnut by rust. Plant Pathol. 40:395-400.
Carisse, O., Kushalappa, A. C., and Cloutier, D. C. 1993. Influence oftemperature, leaf wetness, and high relative humidity duration on sporulation of Cercospora carotae on carrot leaves. Phytopathology 83:338-343.
De Fluiter, H.J. 1973. Mouldy rot geconstateerd in het resort van het Besoekisch Proefstation. Bergcultures 11, 945-946.
Febbiyanti, TR, Widodo, Yahya S, Wiyono S. 2019. Lasiodiplodia theobromae Fungus Causing Stem Cancer Disease on Rubber Tree (Hevea brasiliensis) in Indonesia. Journal of Agronomy. ISSN 1812-5379. DOI: 10.3923/ja.2019
Friesland, H. and Schrodter, H. 1988. The analysis of weather factors in epidemiology. in Kranz, J. and Rotem, J.(ed) Experimental techniques in plant disease epidemiology. Springer-Verlag. p 115-134
Kranz, J and Rotem, J. 1988. Experimental techniques in plant disease epidemiology. Springer-Verlag. 299 p.
Lasminingsih, M., Situmorang, A., Thomas. 2004. Diversifikasi horizontal dan penempatan klon sebagai upaya pengendalian beberapa penyakit karet. Prosiding Pertemuan Teknis. Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang 6-7 Oktober 2004.
Lim, T. M. 1972. A forescating system for use in the chemical control of Oidium secondary leaf fall on Hevea. Rubb. Res. Inst. Mal., Plntr. Conf. 1972.
Liyanage, G.W and Peries, O.S. 1973. The control of white root disease in Sri Langka . Q.J. Rubb. Ress. Inst. Sri Langka (Ceylon). 50:201-207
Madden, L. V., Yang, X., and Wilson, L. L. 1996. Effects of rain intensity on splash dispersal of Colletotrichum acutatum. Phytopathology 86:864-874.
Opeke, L. K dan Gorenz. 1974. Phytophthora pod rot: symtoms and economic importance. Di dalam:P.H. Gregory, editor. Phytophthora Disease of Cocoa. London [GB]: p. 117-124.
Pawi¬rosoemardjo, S. dan A. Purwantara. 1987. Sporulat¬ion and spot disease germination of Corynespora cassiicola. Proceeding of IRRDB Symposium Pathology of Hevea brasiliensis, November 2-3 1987, Chiang Mai, Thailand.
Pawirosoemardjo, S., Soepena, H. dan Situmorang, A. 1992. Sebaran penyakit utama tanaman karet di Indonesia. Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet, Medan. 7-10 Desember 1992. PPP Sungei Putih dan PPP Tanjung Morawa.
Pawirosoemardjo, S. 2004. Manajemen pengendalian penyakit penting dalam upaya mengamankan target produksi karet nasional tahun 2020. Prosiding Pertemuan Teknis. Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang 6-7 Oktober 2004.
Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit pada Tanaman Perkebunan. Gadja Mada University Press. Yogyakarta
Semangun, H. 1996. Pengantar ilmu penyakit tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Siswanto, Sumarmadji dan Situmorang, A. 2004. Status dan pengendalian kering alur sadap tanaman karet. Prosiding Pertemuan Teknis. Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang 6-7 Oktober 2004.
Sinaga, M.S. 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Situmorang, A. 1990. Pangaruh Mankozeb dan pupuk ureaterhadap perkembangan penyakit gugur daun Colletotrichum dan pertumbuhan tanaman dipembibitan karet. Bull. Perk. Rak. Sembawa.
Situmorang, A., Sinaga, M.S., Suseno R., Hidayat, S.H., Siswanto dan Darussamin, A. 2004. Status dan manajemen pengendalian penyakit gugur daun Corynespora di perkebunan karet. Prosiding Pertemuan Teknis. Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang 6-7 Oktober 2004.
Situmorang dan Budiman. 1985. Corynespora cassiicola (Berk & Curt) Wei penyebab penyakit gugur daun pada karet. Kumpulan Makalah, Artikel, dan Catatan Penyakit Gugur Daun pada Karet (Corynespora cassiicola). Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Bogor.
Situmorang, A. dan A. Budiman. 1990. Timbunya epidemi penyakit gugur daun Col-letotrichum di perkebunan karet dan usaha pengendaliannya. Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 1990. Pontianak, 14-17 Juli 1990.
Steinman, A. 1925. Ziekten en plagen van Hevea brasiliensis in Net. Indie. Proefstan. West java
Wimalajeewa, D. L.S. 1965. Thr significance of thr factors affecting spore germination in the spread of Gloesporium leaf disesase in Hevea. Fourt Rubb. Res. Inst. Of Ceylon Conf., Wellawatee.
Winarso, P.A. 1992. Evaluasi musim kemarau dan antisipasi musim kemarau 1992 wilayah musim di Indonesia. Lokakarya Kiat dalam Menghadapi Kemungkinan Musim Kemarau Panjang Tahun 1992 dan untuk Budidaya Perkebunan. Kerjasama AP3I dengan PERHIMPI dan BMG.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2020 Tri Rapani Febbiyanti
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Submission of a original research or review articles in Warta Perkaretan implies that the submitted  manuscript has not been published in any scientific journal (except being part of the abstract, thesis, or report). The submitted manuscript also is not under consideration for publication elsewhere. All co-authors involve in the publication of the manuscript should give their approval. Once, the manuscript is accepted and then published in Warta Perkaretan, the Author(s) keep hold the copyright and retain publishing right without restrictions. Author(s) and Warta Perkaretan users are allowed to multiply the published manuscript as long as not for commercial purposes. The journal users are also permissible to share the published manuscript with an acknowledgement to the Author(s). The Editorial Boards suggest that the Authors should manage patent before publishing their new inventions.