PENELITIAN PENDAHULUAN SINTESIS EMULSI BIOFUEL-AIR UNTUK BAHAN BAKAR PENGERINGAN KARET REMAH

Authors

  • Hani Handayani Indonesian Rubber Research Institute
  • Dadi Rusadi Maspanger
  • Woro Andriani

DOI:

https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v41i2.870

Keywords:

bahan bakar, biosolar, energi pengeringan, FAME

Abstract

Pengeringan merupakan salah satu tahapan proses di dalam industri pengolahan karet remah yang cukup kritis dan sangat menentukan mutu akhir karet remah, serta menjadi komponen biaya terbesar karena membutuhkan konsumsi energi yang cukup banyak. Kebutuhan bahan bakar solar di pabrik karet remah cukup besar dengan total tidak kurang dari 90 juta liter/tahun. Bahan bakar yang selama ini digunakan adalah solar industri (Industrial Diesel Oil, IDO) yang merupakan bahan bakar fosil dan ketersediaannya semakin menipis sehingga perlu dicari alternatif energi terbarukan (EBT) bersumber dari biomassa yang ketersediaannya di alam cukup melimpah. Salah satu alternatif bahan bakar yang dapat digunakan adalah emulsi biofuel-air yang lebih murah dan ramah lingkungan namun energi pembakarannya diharapkan sama dengan solar sehingga dapat digunakan secara langsung agar transfer panas dapat lebih efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pembuatan emulsi biofuel-air yang homogen dan stabil (minimal 24 jam) sebagai alternatif energi pengeringan di industri karet remah serta mengkaji pengaruhnya terhadap mutu karet remah yang dihasilkan. Tiga jenis bahan bakar digunakan dalam penelitian ini yaitu solar, biosolar, dan FAME. Ketiga jenis bahan bakar tersebut diemulsikan dengan air pada perbandingan 90:10 (bahan bakar:air) dengan tiga variasi dosis bahan pengemulsi (5%; 7,5%; dan 10%). Campuran diaduk dengan menggunakan mesin pencampur berkecepatan tinggi hingga 23.000 rpm selama 1-2 menit dan diamati kestabilannya selama beberapa hari. Emulsi yang paling stabil selanjutnya digunakan untuk uji coba pengeringan karet remah. Karet kering yang dihasilkan kemudian diuji mutunya sesuai SNI 1903:2017 dan sebagai pembanding digunakan karet remah yang dikeringkan dengan solar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengemulsi Span 80 dan Tween 80 (90:10) sebanyak 5% volume bahan bakar emulsi dapat menghasilkan emulsi yang stabil untuk campuran emulsi solar-air dan biosolar-air sedangkan untuk emulsi FAME-air masih belum stabil. Sementara itu pengeringan dengan emulsi solar-air dan biosolar-air menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap mutu karet yang dihasilkan, hampir semua parameter telah memenuhi persyaratan di dalam SNI 1903:2017 kecuali untuk parameter kadar zat menguap.

References

[BPPT] Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi. (2020). Outlook energi indonesia 2020: edisi khusus dampak pandemi COVID-19 terhadap sektor energi di Indonesia. Jakarta: Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi, Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Basha, J. S. (2018). Impact of carbon nanotubes and di-ethyl ether as additives with biodiesel emulsion fuels in a diesel engine – An experimental investigation. Journal of The Energy Institute, 91: 289-303.

Basha, J. S., & Anand, R. B. (2013). The influence of nano additive blended biodiesel fuels on the working characteristics of a diesel engine. J. Braz. Soc. Mech. Sci. Eng., 35: 257-264.

[DEN] Dewan Energi Nasional. (2019). Outlook Energi Indonesia (OEI). Jakarta: Sekjen Dewan Energi Nasional.

Dimawarnita, F., & Hambali, E. (2021). Surfaktan untuk bahan bakar solar dan biodiesel. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 31: 120-128.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. (2020). Statistik perkebunan karet Indonesia 2019-2021. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.

Husein, E., & Lestari, S. B. S. (2019). Optimasi formula sediaan krim sunflower (Helianthus annuss L.) oil. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 17(1): 62-67.

Kementerian Perindustrian. (2016). Penetapan Standar Industri Hijau Kepmenperin No. 147/M-IND/Kep/3/2016. Jakarta: Kementerian Perindustrian.

Kerihuel, A., Kumar, M. S., Bellettre, J, & Tazerout, M. (2006). Ethanol animal fat emulsions as a diesel engine fuel – Part 2: Engine test analysis. Fuel, 85: 2646-2652.

Khalid, A., Sies, M. F., Manshoor, B., Latip, L., & Amirnordin, S. H. (2014). Investigation of mixture formation and flame development in emulsified biodiesel burner combustion. Proceedings of the 2014 International Conference on Industrial Engineering and Operations Management. Bali, Indonesia: Industrial Engineering and Operations Management (IOEM)

Kuspriyanto, R. I. (2018). Pengaruh penggunaan air dalam bahan bakar emulsi biodiesel terhadap performa, Nox, dan proses pembakaran (skripsi), Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia.

Malau, A., & Ardiansah. (2022). Pembentukan emulsi air di dalam minyak diesel dengan penambahan surfaktan Span 85 dan Tween 85. Journal of Natural Science and Technology Adpertisi, 2(1): 22-27.

Maspanger, D. R. (1998). Kajian awal pemenfaatan batubara sebagai bahan bakar pengeringan karet remah (tesis), Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung.

Maspanger, D. R. (1999). Tinjauan pemanfaatan gas bekas pengeringan untuk pre-drying blanket crumb rubber. Warta Perkaretan, 18(1): 8-16.

Maspanger, D. R. (2000). Kajian pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar pengeringan crumb rubber. Warta Penelitian Karet, 20(2).

Maspanger, D. R. (2000a). Implementation of raw coal as alternative fuel for crumb rubber drying. Proc. Ind. Rubber Conf. and IRRDB Symposium. Bogor, 12-14 September 2000, pp.429-442.

Maspanger, D. R. (2000b). Uji coba batubara sebagai bahan bakar pengeringan karet SIR di pabrik Cikumpay-PTP VIII. Laporan Kerjasama dengan Puslitbang Teknologi Mineral- ESDM.

Maspanger, D. R. (2007). Minimalisasi limbah bau gas bekas pengeringan karet dengan teknik water scrubbing. Jurnal Agritek, 15(5): 1034-1041.

Maspanger, D. R., & Alam, A. (1996). Rancangbangun tungku batubara untuk pengeringan karet konvensional dengan sitem pemanasan tidak langsung. Jurnal Penelitian Karet, 14(3): 217-233.

Maspanger, D. R., Honggokusumo, S., & Susanto, H. (1998). Pengaruh gas SO2 terhadap proses pengeringan dan kualitas crumb rubber. Prosiding Simposium Nasional Polimer II. Bogor, Indonesia: Himpunan Polimer Indonesia.

Maspanger, D. R., Honggokusumo, S., & Susanto, H. (2000). Mekanisme proses pengeringan crumb rubber di dalam media gas SO2. Buletin Enjiniring Pertanian, 7(1): 6-16.

Melo-Espinosa, E. A., Rodriguez, R. P., Perez, L. G., Sierens, R., & Verhelst, S. (2015). Emulsification of animal fats and vegetable oils for their use as a diesel engine fuel: An overview. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 47: 623-633.

Nurlaela, E., Nining, S., & Ikhsanudin, A. (2012). Optimasi komposisi Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator dalam repelan minyak atsiri daun sere (Cymbopogon citratus (DC) Stapf) terhadap nyamuk Aedes aegypti betina pada basis vanishing cream dengan metode simplex lattice design. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2(1): 41-54.

Suherman, A. W., Subrata, I. D. M. Suprapto, A., & Lisyanto. (2017). Disain dan pengujian sistem kendali suhu asap kayu karet untuk meningkatkan efektivitas pembuatan karet sit asap berbasis mikrokrontroler. Jurnal Penelitian Karet, 35(2): 189-198.

Vachlepi, A., & Suwardin, D. (2013). Penggunaan biobriket sebagai bahan bakar alternatif pengeringan karet alam. Warta Perkaretan, 32(2): 65-73.

Vachlepi, A., & Suwardin, D. (2014). Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa. Warta Perkaretan, 33(2): 103-112.

Wikantyasning, E. R., & Indianie, N. (2021). Optimasi Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator dalam formula krim tabir surya kombinasi ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana M.) dan nanopartikel seng oksida dengan metode simplex lattice design. Cerata Jurnal Ilmu Farmasi, 12(1): 19-28.

Downloads

Published

2023-12-03

Issue

Section

Original Research Article