PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIK DAN VIABILITAS BENIH KARET KLON PB 260 DARI DUA UMUR TANAMAN BERBEDA YANG MENGALAMI GUGUR DAUN BERKEPANJANGAN

Authors

  • Junaidi Junaidi Indonesian Rubber Research Institute https://orcid.org/0000-0003-2294-040X
  • Iif Rahmat Fauzi
  • Panji Giwanda Santosa
  • Dita Aisyah Putri
  • Haniam Mariya Ginting
  • Nora Patima Rambe
  • Shalla Bil Ismi

DOI:

https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v41i1.873

Keywords:

benih karet, Gugur daun, karakteristik fisik, kesegaran benih, viabilitas

Abstract

Tanaman karet di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan pada beberapa tahun terakhir mengalami gugur daun berkepanjangan. Kesulitan mencari benih untuk batang bawah memunculkan pertanyaan apakah benih dari tanaman muda layak digunakan untuk batang bawah dimana pada kondisi normal tidak dianjurkan. Penelitian ini membandingkan karakteristik fisik, tingkat kesegaran benih, dan daya kecambah dari tanaman muda berumur sembilan tahun dan tanaman dewasa berumur 17 tahun dari klon PB 260 yang mengalami gugur daun berkepanjangan. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Unit Riset Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Deli Serdang, Sumatra Utara pada bulan Februari sampai Maret 2023. Parameter fisik yang diamati meliputi panjang, lebar, rasio panjang/lebar, dan bobot benih. Uji kesegaran menggunakan 25 sampel benih. Daya kecambah diamati sampai dengan tiga minggu setelah semai. Hasil pengamatan menunjukkan perbedaan nyata antara benih tanaman muda dan dewasa untuk parameter panjang (24,07 + 2,31 mm berbanding 25,58 + 1,74 mm), lebar (22,16 + 2,32 mm berbanding 23,05 + 1,82 mm), dan bobot benih (3,83 + 0,58 g berbanding 4,16 + 0,59 g), sedangkan rasio panjang/lebar tidak berbeda antara kedua umur tanaman (masing-masing 1,09 + 0,06 dan 1,09 + 0,07). Kesegaran benih tidak berbeda nyata antara tanaman muda (33,3 + 7,54%) dan dewasa (41,3 + 4,99%). Perlakuan perendaman satu malam tidak meningkatkan kesegaran benih secara nyata. Daya kecambah tidak berbeda nyata antara benih dari tanaman muda (7,23 + 2,96%) dan tanaman dewasa (21,96 + 13,51%). Penelitian ini menunjukkan bahwa pada tanaman yang mengalami gugur daun berkepanjangan, bentuk benih relatif sama namun ukuran benih tanaman muda lebih kecil. Nilai kesegaran benih dan daya kecambah tidak berbeda nyata antara tanaman muda dan dewasa, keduanya menunjukkan nilai di bawah standar benih normal. Namun demikian, rata-rata daya kecambah benih dari tanaman muda tidak sampai setengah dari nilai daya kecambah benih tanaman dewasa, sehingga penelitian ini mendukung rekomendasi bahwa benih tanaman muda (< 10 tahun) tidak dianjurkan digunakan untuk batang bawah.

References

Admojo, L., & Prasetyo, N. E. (2019). Pengaruh okulasi bertingkat terhadap pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) asal stek. Jurnal Penelitian Karet, 37(1): 31–42. Doi: 10.22302/ppk.jpk.v37i1.623

Bahri, S., & Saukani. (2017). Pengaruh ukuran benih dan media tanam terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Jurnal Penelitian Agrosamudra, 4(1): 58–70.

Balai Penelitian Sembawa. (2009). Saptabina Usahatani Karet Rakyat (M. Lasminingsih, D. Suwardin, Thomas, & F. Oktavia (eds.)). Palembang: Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet.

Bewley, J. D., Bradford, K. J., Hilhorst, H. W. M., & Nonogaki, H. (2013). Seed: Physiology of Development, Germination and Dormancy (3rd ed.). Springer Science & Business Media.

Boerhendhy, I. (2013). Prospek perbanyakan bibit karet unggul dengan teknik okulasi dini. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 32(2): 85–90.

[BPS] Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Karet Indonesia 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Damiri, N., Pratama, Y., Febbiyanti, T. R., Rahim, S. E., Astuti, D. T., & Purwanti, Y. (2022). Pestalotiopsis sp . infection causes leaf fall disease of new arrivals in several clones of rubber plants. Biodiversitas, 23(8): 3943–3949. Doi: 10.13057/biodiv/d230811.

Ferry, Y., Pranowo, D., & Rusli. (2013). Pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan tanaman karet muda pada sistem penebangan bertahap. Buletin RISTRI, 4(3): 225–230.

Gan, L. T. (1989). Some preliminary result of a study on culling of root stock to improve growth and yield of grafted rubber. The Planter, 65: 547–553.

Heryana, N., Saefudin, S., & Sobari, I. (2014). Pengaruh umur batang bawah terhadap persentase keberhasilan okulasi hijau pada tiga klon karet (Hevea brasiliensis Muell Agr.). Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar, 1(2): 95. Doi: 10.21082/jtidp.v1n2.2014.p95-100.

[IRSG] International Rubber Study Group. (2022). Rubber Stastical Bulletin. International Rubber Study Group.

Junaidi. (2019). Tantangan budidaya karet dalam kondisi perubahan iklim global. Warta Perkaretan, 38 (2): 91–108. Doi: 10.22302/ppk.wp.v38i2.657.

Junaidi, & Atminingsih. (2017). Perkembangan ontogenetik daun tanaman karet sebagai penanda awal adaptasi terhadap cekaman lingkungan dan patogen. Warta Perkaretan, 36(1): 29–38. Doi: 10.22302/ppk.wp.v36i1.296.

Junaidi, Atminingsih, & Andriyanto, M. (2021). Seed collection time effect on the germination rate and growth of rubber tree rootstock. Advances in Biological Sciences Research, 14: 278–282. Doi: 10.2991/absr.k.210621.046.

Kositsup, B., Kasemsap, P., Thanisawanyangkura, S., Chairungsee, N., Satakhun, D., Teerawatanasuk, K., Ameglio, T., & Thaler, P. (2010). Effect of leaf age and position on light-saturated CO2 assimilation rate, photosynthetic capacity, and stomatal conductance in rubber trees. Photosynthetica, 48(1): 67–78. Doi: 10.1007/s11099-010-0010-y.

Manalu, M., Charoq, & Barus, A. (2014). Uji batang bawah karet (Hevea brasiliensis, Muell-Arg.) berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan PEG (seed coating) dengan beberapa klon entres terhadap keberhasilan okulasi. Jurnal Online Agroekoteknologi, 2(3): 962–967.

Ngobisa, A. I. C. N., Ndongo, P. A. O., Doungous, O., Ntsomboh-Ntsefong, G., Njonje, S. W., & Ehabe, E. E. (2017). Characterization of Pestalotiopsis microspora, casual agent of leaf blight on rubber (Hevea brasiliensis) in Cameroon. Proceeding of International Rubber Conference (pp. 436-447). Jakarta, Indonesia: Indonesia Rubber Research Institute and International Rubber Research and Development Board.

Omokhafe, K. O., & Alika, J. E. (2004). Clonal variation and correlation of seed characters in Hevea brasiliensis Muell. Arg. Industrial Crops and Products, 19(2): 175–184. Doi: 10.1016/j.indcrop.2003.09.004.

Pereira, W. V. S., José, A. C., Tonetti, O. A. O., de Melo, L. A., & Faria, J. M. R. (2022). Imbibition curve in forest tree seeds and the triphasic pattern: theory versus practice. South African Journal of Botany, 144: 105–114. Doi: 10.1016/j.sajb.2021.08.032.

Priyadarshan, P. M. (2011). Biology of Hevea Rubber. CAB International. Doi: 10.1007/978-3-319-54506-6.

Sakhibun, & Husin, M. (1990). Havea seed: its characteristics, collection and germination. Planters Bulletin, 202: 3–8.

Shara, D., Izzati, M., & Prihastanti, E. (2014). Perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit batang bawah karet (Havea brasiliensis Muell Arg.) dari klon dan media yang berbeda. Jurnal Biologi, 3(3): 60–74.

Shuib, N. H., Ismail, A. I., Adinan, A., & Abd Hadi, S. M. H. S. (2018). Study on biochemical properties of Hevea brasiliensis seeds stored at three different temperatures. Research Journal of Seed Science, 11(1): 1–11. Doi: 10.3923/rjss.2018.1.11.

Siagian, N. (2006). Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanam Karet Unggul. Medan: Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet.

Sudrajat, D. J., Nurhasybi, & Bramasto, Y. (2015). Standar Pengujian dan Mutu Benih Tanaman Hutan (D. Iriantono, M. Zanzibar, & P. Setio (eds.)). Forda Press.

Thaler, P., Duangngam, O., Kasemsap, P., Sathornkich, J., Chayawat, C., Satakhum, D., Priault, P., Desalme, D., Chantuma, P., Ghashghaie, J., & Epron, D. (2016). The source of latex. Tracing carbon from leaf photosynthesis to latex metabolism in rubber trees using carbon stable isotopes. Proceeding of CRRI & IRRDB International Rubber Conference 2016 (pp. 260-268). Siem Reap, Cambodia: Cambodian Rubber Research Institute.

Zhang, C., Tanabe, K., Tamura, F., Matsumoto, K., & Yoshida, A. (2005). 13C-photosynthate accumulation in Japanese pear fruit during the period of rapid fruit growth is limited by the sink strength of fruit rather than by the transport capacity of the pedicel. Journal of Experimental Botany, 56(420): 2713–2719. Doi: 10.1093/jxb/eri264.

Downloads

Published

2023-06-02

Issue

Section

Original Research Article